Rabu, 08 Juni 2016

PENCEMARAN AIR AKIBAT LUMPUR LAPINDO



BAB 1
LATAR BELAKANG

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia. Air dapat digunakan dalam berbagai hal seperti untuk minum, mandi dan mencuci. Pada tahun 2006, daerah Sidoarjo terkena bencana lumpur yang disebabkan kelalaian PT Lapindo Brantas. Hal tersebut langsung menyita perhatian karena luas area yang terkena lumpur sangat besar. Tanggul yang dibangun pun begitu tinggi.
Kegiatan eksplorasi minyak dan gas sebagaimana dilakukan oleh PT Lapindo Brantas, Inc. merupakan kegiatan survey seismic dan eksplorasi. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan karena sifat cadangan minyak dan gas bumi yang berada di perut bumi tidak dapat ditentukan lokasinya secara pasti. Lumpur panas tersebut pada Bulan Nopember 2006 telah menutupi sekitar 250 hektar tanah, termasuk tujuh desa, sawah, perkebunan tebu, dan saluran saluran irigasi, serta telah mengganggu jalur transportasi. Prakiraan volume semburan Lumpur antara + 50.000 - 120.000 m3/hari. Sehingga air yang terpisah dari endapan Lumpur berkisar 35.000 – 84.000 m3/hari (Buku Putih LUSI, KLH, 2006). Pemerintah Propinsi Jawa Timur dalam salah satu tugas pokok dan fungsi dalam mendukung Tim Nasional Pengendalian Lumpur,Bidang Pengendalian Lingkungan, sesuai Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2006, telah melakukan berbagai upaya antara lain lokalisasi lumpur melalui tanggul-tanggul penahan Lumpur di sekitar pusat semburan. Konstruksi tanggul yang tidak permanent menyebabkan tanggul jebol dan genangan. Lumpur hingga kini telah menggenangi lahan seluas 250Ha dan sedang disiapkan 200 Ha lagi yang sedang dalam tahap pembebasan. Jumlah air diperkirakan akan lebih banyak lagi mengingat musim hujan telah tiba dengan data curah hujan rata-rata bulanan berkisar 150-250 mm. Jika hujan per hari  rata-rata diasumsi sebesar 10 mm/hari dan luas kolam lumpur diasumsi seluas 450 Ha, maka ada tambahan air sebesar 450 Ha x 10.000 m2/Ha x 0,01 m = 45.000 m3/hari (Buku Putih LUSI, KLH, 2006).
Lumpur yang semakin tak terkendali pasti menyebabkan banyak masalah, salah satunya pencemaran air yang disebabkan oleh lumpur tersebut. Pencemaran air menjadi salah satu dampak yang menjadi sorotan karena air yang berada pada sekitar tempat lumpur tersebut muncul, menjadi tercemar.



BAB 2
PEMBAHASAN

PENYEBAB LUAPAN LUMPUR LAPINDO

Sebenarnya ada beberapa hal yang diduga sebagai penyebab terjadinya luapan lumpur lapindo, seperti kaitannya dengan gempa Yogyakarta yang berlangsungpada hari yang sama, aspek politik yaitu eksplorasi migas oleh pemerintah,dan  aspek ekonomis yaitu untuk menghemat dana pengeluaran, maka PT Lapindo sengaja tidak memask casing pada sumur BPJ-1.
Salah satu dari ketiga perkiraan yang sudah umum diketahui banyak orang tentang penyebab meluapnya lumpur lapindo di Porong Sidoarjo 29 Mei 2006 lalu adalah PT Lapindo Brantas yang waktu itu sedang melakukan kegiatan di dekat lokasi semburan.
Kegiatan yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas waktu iu adalah pengeboran sumur Banjar Panji-1 (BPJ-1) pada awal maret 2006, kegiatan tersebut bekerjasama dengan perusahaan kontraktor pengeboran yaitu PT Medici Citran Nusantara.
            Dugaan atas meluapnya lumpur tersebut kepada PT Lapindo Brantas adalah kurang telitinya PT Lapindo dalam melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan. Dua hal tersebut sudah tampak ketika rancangan pengeboran akhirnya tidak sesuai dengan yang ada dilapangan. Rancangan pengeboran adalah sumur akan dibor dengan kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk bisa mencapai batu gamping. Lalu sumur tersebut dipasang casing  yang bervariasi sesuai dengan kedalaman sebelum mencapai batu gamping.
            Awalnya, PT Lapindo sudah memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, 20 inchi pada 1195 kaki, 16 inchi pada 2385 kaki dan 13-3/8 inchi pada 3580 kaki. Namun setelah PT Lapindo mengebor lebih dalam lagi, mereka lupa memasang casing. Mereka berencana akan memasang casing lagi setelah mencapai/menyentuh titik batu gamping. Selama pengeboran tersebut, lumpur yang bertekanan tinggi sudah mulai menerobos, akan tetapi PT Lapindo masih bisa mengatasi dengan pompa lumpur dari PT Medici.
            Dan setelah kedalam 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. PT Lapindo mengira target sudah tercapai, namun sebenarnya mereka hanya menyentuh titik batu gamping saja. Titik batu gamping itu banyak lubang sehingga mengakibatkan lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis, lalu PT Lapindo berusaha menarik bor, tetapi gagal, akhirnya bor dipotong dan operasi pengeboran dihentikan serta perangkap BOP (Blow Out Proventer) ditutup. Namun fluida yang bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sehingga fluida tersebut harus mencari jalan lain untuk bisa keluar. Itu lah yang menyebabkan penyemburan tidak hanya terjadi di sekitar sumur melainkan di beberapa tempat. Oleh karena itu terjadilah semburan lumpur lapindo.
      Berikut ada contoh gambar semburan yang terjadi dibawah tanah disekitar sumur BPJ-1.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF8NjMHXnIdGKiT4K8ld0MxI1O6JMkUCoaaQ1OUYJ1YtMmXnVNNxQgJCO_mzyzp8ajErKjJbDTSXiw-rqN9iwekcrplrpDQ6ZMP0emuCIKtoXDw7CWLVmiARuwoo3xDpWUlHexvBqDB5A9/s320/a.jpg







DAMPAK LUAPAN LUMPUR LAPINDO

Akibat/dampak yang ditimbulkan dari semburan lumpur lapindo sangatlah banyak, terutama bagi warga sekitar. Dampak yang ditimbulkan menyangkut beberapa aspek, seperti dampak sosial dan pencemaran lingkungan.
Ada beberapa dampak sosial yang terjadi akibat luapan lumpur lapindo, misal dampak terhadap perekonomian di Jawa Timur, dampak kesehatan, dan dampak pendidikan.
Dampak pada perekonomian mengakibatkan PT Lapindo melalui PT Minarak Lapindo Jaya mengeluarkan dana untuk mengganti tanah masyarakat dan membuat tanggul sebesar 6 Triliun Rupiah. Tinggi genangan lumpur yang mencapai 6 meter di pemukiman warga sudah membuat warga rugi atas rumah/tempat tinggal, lahan pertaniannya dan perkebunan yang rusak. Pabrik-pabrik pun rusak tidak bisa difungsikan untuk proses produksi, sarana dan prasarana (jaringan telepon dan listrik) juga tidak dapat berfungsi, serat terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang mengakibatkan aktivitas produksi dari Mojokerto dan Pasuruan yang selama ini menjadi salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
Gas Metana yang beracun tersebut banyak menyebabkan penyakit bagi warga yang menghirupnya. Tercatat dampak kesehatan di Puskesmas Porong menunjukkan banyaknya penderita infeksi saluran pernafasan yang semakin meningkat sejak 2006 lalu hingga mencapai 52.543 orang di 2009. Dan juga penderita gastritis melonjak hingga 22.189 orang di 2009 yang sebelumnya tercatat 7.416 di 2005.
Untuk masalah pendidikan, ada 33 sekolah tenggelam dalam lumpur dan sampai Juni 2012 belum ada sekolah yang dibangun sebagi pengganti. Akhirnya pendidikan yang harusnya dirasakan oleh pelajar harus terbengkelai.
Dampak berikutnya adalah pencemaran lingkungan, dampak ini sebenarnya sudah berhubungan dengan dampak-dampak yang lain, dampak kesehatan misalnya. Dari lingkungan yang lama setelah semburan lumpur tak tertanggulangi akan menimbulkan pencemaran yang luar biasa. Pencemaran ini sungguh merugikan sekali, karena lingkungan yang sangat berdampak dengan aktivitas manusia harus punah dan tidak bisa digunakan lagi.
Dampak-dampak yang timbul telah lama dimintai pertanggungjawaban oleh warga. Namun warga belum merasakan ganti rugi oleh PT Lapindo serta tindakan pemerintah atas meluapnya lumpur panas tersebut. Akhirnya perpecahan mulai muncul antara pemerintah, PT Lapindo Brantas dan warga korban lumpur lapindo.

      UPAYA PENANGGULANGAN LUAPAN LUMPUR LAPINDO

Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur lapindo adalah dengan membangun tanggul desekitar luapan lumpur panas itu. Namun tanggul yang dibangun bisa sewaktu-waktu jebol karena lumpur setiap hari terus meluap naik. Hingga akhirnya direncanakan akan membangun beberapa waduk untuk membendung lumpur tersebut. Namun rencana tersebut batal tanpa sebab yang jelas.
Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa luapan lumpur bisa diatasi dengan melakukan beberapa skenario, namun hingga 2009 luapan tidak bisa dihentikan yang artinya luapan ini adalah fenomena alam yang akan susah ditanggulangi tanpa ijin Tuhan.
Beberapa skenario yang dikatakan diatas antara lain :
       1.      Menggunakan suatu sistem yang disebut Snubbing Unit yaitu sistem peralatan  bertenaga hidraulik yang umumnya digunakan untuk pekerjaan di dalam sumur yang sudah ada. Rencananya Snubbing Unit  digunakan untuk mencapai rangkaian mata bor yang tertinggal didalam sumur, jika mata bor ditemukan maka bor tersebut akan didorong masuk kedalam sumur lalu dasar sumur akan dututp dengan semen dan lumpur berat. Tetapi rencana ini gagal karena bor gagal didorong masuk kedalam sumur.
       2.      Rencana pengeboran miring menghindari mata bor yang tertinggal.Namun rencana ini juga gagal hingga akhirnya sumur BPJ-1 ditutup secara permanen.
       3.      Pembuatan sumur-sumur baru di sekitar sumur BPJ-1. Ada tiga sumur yang dibangun, yaitu sumur pertama dibangun sekitar 500 meter barat daya sumur BPJ-1, sumur kedua dibangun sekitar 500 meter barat laut sumur BPJ-1, dan sumur ketiga dibangun sekitar utara timur laut dari sumur BPJ-1. Sumur-sumur tersebut digunakan untuk mengepung retakan-retakan tempat keluarnya lumpur. Rencana ini gagal karena bermasalah dengan biaya yang begitu mahal dan memakan waktu .

Pencemaran air tanah
            Air tanah yang sejatinya bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari warga sekitar lumpur lapindo, akan tetapi sekarang tercemar akibat dampak dari lumpur lapindo. Pencemaran tersebut antara lain membuat air menjadi kotor dan sangat tidak sehat untuk dikonsumsi. Pencemaran tersebut sangat meresahkan warga sekitar lumpur lapindo, pasalnya mereka menjadi tidak bisa memanfaatkan air untuk kelangsungan hidupnya.
080813alapindo.jpg
Gambar diatas merupakan pencemaran air tanah dirumah warga sekitaran lumpur lapindo. Pencemaran air tidak hanya sampai disitu, beberapa rumah warga menjadi tidak bisa dihuni karena saluran air tanah mereka teraliri lumpur yang tiba tiba saja muncul. Akibatnya warga yang tinggal disitu harus rela tempat tinggalnya menjadi semburan baru bagi lumpur tesebut.
sumur-keluar-lumpur1_20141102_205036.jpg
080329alumpur_porong.jpg
Gambar diatas merupakan salah satu tmpat tinggal warga yang terkena dampak lumpur lapindo yang mengalir melalui saluran air tanah mereka. Aliran lumpur bercampur gas yang tidak terkendali tersebut meresahkan warga yang tinggal disana.

Pencemaran air sungai
Pencemaran air sungai disebabkan karena ada sejumlah senyawa atau kandungan berbahaya yang disebabkan oleh pembuangan lumpur ke sungai porong. Pencemaran ini tidak dapat dihindarkan karena pemerintah sendiri menghimbau untuk diadakannya alternative pembuangan ke sungai disekitar titik bencana lumpur tersebut.
qq.png
Gambar diatas merupakan lumpur lapindo yang dialirkan ke aliran sungai disekitarnya. Akibatnya air sungai disekitar titik bencana menjadi korban dalam penyelesaian masalah lumpur tersebut. Kandungan yang diduga berbahaya adalah senyawa Phenol. Senyawa tersebut ada pada kubangan lumpur didalam tanggul. Pembuangan lumpur didalm tanggul ke sungai dapat mengalirkan senyawa tersebut ke aliran air sungai, akibatnya akan banyak dampak pencemaran air sungai akibat senyawa ini. Senyawa ini mempunyai warna merah jika kandungannya sangat banyak.
jj.JPG
Gambar diatas merupakan senyawa Phenol yang terdapat pada kubangan lumpur lapindo. Cara untuk mengetahui prakiraan penyebaran Phenol adalah menganalisis zat kontaminan Phenol yang dikandung oleh aliran air Lumpur tersebut dapat berpindah tempat.
Identifikasi Lingkungan Potensial Yang Terpapar:
Lingkungan potensial yang terpapar zat kontaminan Phenol yang  dikandung oleh air Lumpur adalah lingkungan badan air Sungai Porong dan Sungai Aloo yang dialiri oleh air Lumpur dengan tujuan diarahkan menuju ke laut (Selat Madura) untuk menjamin keselamatan manusia dan infrastruktur di sekitar semburan Lumpur panas. Pada Sungai Porong input air Lumpur berada setelah Dam pejarakan dan sebelum jembatan Tol. Sedangkan pada Sungai Aloo, input air lumpur terletak setelah jembatan Ketapang dan sebelum jembatan Gempol Sari.
Identifikasi Jalur Penyebaran Potensial Jalur penyebaran potensial zat kontaminan Phenol merupakan jalur aliran air Sungai Porong dan Sungai Aloo setelah mendapat input air lumpur yang berasal dari kolam penahan / tanggul lumpur. Penelitian kualitas air badan air tersebut dilakukan pada 19 lokasi titik sampling dimana 10 titik pada Sungai Porong, 4 titik pada saluran irigasi dan 5 titik pada Sungai Aloo dengan pertimbangan bahwa aliran terbanyak adalah ke Sungai Porong dan aliran yang menuju ke Sungai Aloo lebih dikarenakan topografi yang mengarah ke utara sehingga debit air Lumpur yang besar menyebabkan luberan ke arah Sungai.

Pencemaran air payau
Kandungan lumpur dan air luapan lumpur yang merembes ke sebagaian areal pertambakan akan mengakibatkan penurunan k           Gualitas air tambak yang berpengaruh pula terhadap budidaya petani tambak di daerah tersebut. Hal tersebut menimbulkan resiko lingkungan yang terkandung dalam air rembesan lumpur lapindo tersebut terkait dengan dampak atau resiko terhadap ekosistem perairan.
kk.JPG
            Gambar diatas merupakan kerusakan tambak ikan akibat zat yang terkandung didalam air payau tercemar sebagai akibat dari penyebaran lumpur ke daerah tambak di kabupaten sidoarjo.