BAB
1
LATAR
BELAKANG
Air merupakan salah satu
sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia. Air dapat digunakan dalam
berbagai hal seperti untuk minum, mandi dan mencuci. Pada tahun 2006, daerah
Sidoarjo terkena bencana lumpur yang disebabkan kelalaian PT Lapindo Brantas.
Hal tersebut langsung menyita perhatian karena luas area yang terkena lumpur
sangat besar. Tanggul yang dibangun pun begitu tinggi.
Kegiatan eksplorasi minyak dan
gas sebagaimana dilakukan oleh PT Lapindo Brantas, Inc. merupakan kegiatan
survey seismic dan eksplorasi. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan
yang dilakukan karena sifat cadangan minyak dan gas bumi yang berada di perut
bumi tidak dapat ditentukan lokasinya secara pasti. Lumpur panas tersebut pada
Bulan Nopember 2006 telah menutupi sekitar 250 hektar tanah, termasuk tujuh
desa, sawah, perkebunan tebu, dan saluran saluran irigasi, serta telah
mengganggu jalur transportasi. Prakiraan volume semburan Lumpur antara + 50.000
- 120.000 m3/hari. Sehingga air yang terpisah dari endapan Lumpur berkisar
35.000 – 84.000 m3/hari (Buku Putih LUSI, KLH, 2006). Pemerintah Propinsi Jawa
Timur dalam salah satu tugas pokok dan fungsi dalam mendukung Tim Nasional
Pengendalian Lumpur,Bidang Pengendalian Lingkungan, sesuai Keputusan Presiden
Nomor 13 Tahun 2006, telah melakukan berbagai upaya antara lain lokalisasi
lumpur melalui tanggul-tanggul penahan Lumpur di sekitar pusat semburan.
Konstruksi tanggul yang tidak permanent menyebabkan tanggul jebol dan genangan.
Lumpur hingga kini telah menggenangi lahan seluas 250Ha dan sedang disiapkan
200 Ha lagi yang sedang dalam tahap pembebasan. Jumlah air diperkirakan akan
lebih banyak lagi mengingat musim hujan telah tiba dengan data curah hujan
rata-rata bulanan berkisar 150-250 mm. Jika hujan per hari rata-rata diasumsi sebesar 10 mm/hari dan
luas kolam lumpur diasumsi seluas 450 Ha, maka ada tambahan air sebesar 450 Ha
x 10.000 m2/Ha x 0,01 m = 45.000 m3/hari (Buku Putih LUSI, KLH, 2006).
Lumpur yang semakin tak
terkendali pasti menyebabkan banyak masalah, salah satunya pencemaran air yang
disebabkan oleh lumpur tersebut. Pencemaran air menjadi salah satu dampak yang
menjadi sorotan karena air yang berada pada sekitar tempat lumpur tersebut
muncul, menjadi tercemar.
BAB
2
PEMBAHASAN
PENYEBAB
LUAPAN LUMPUR LAPINDO
Sebenarnya ada beberapa hal yang diduga sebagai penyebab
terjadinya luapan lumpur lapindo, seperti kaitannya dengan gempa Yogyakarta
yang berlangsungpada hari yang sama, aspek politik yaitu eksplorasi migas oleh
pemerintah,dan aspek ekonomis yaitu untuk menghemat dana pengeluaran,
maka PT Lapindo sengaja tidak memask casing pada sumur BPJ-1.
Salah satu dari ketiga perkiraan yang sudah umum diketahui
banyak orang tentang penyebab meluapnya lumpur lapindo di Porong Sidoarjo 29
Mei 2006 lalu adalah PT Lapindo Brantas yang waktu itu sedang melakukan
kegiatan di dekat lokasi semburan.
Kegiatan yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas waktu iu
adalah pengeboran sumur Banjar Panji-1 (BPJ-1) pada awal maret 2006, kegiatan
tersebut bekerjasama dengan perusahaan kontraktor pengeboran yaitu PT Medici
Citran Nusantara.
Dugaan atas meluapnya lumpur
tersebut kepada PT Lapindo Brantas adalah kurang telitinya PT Lapindo dalam
melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan. Dua hal tersebut sudah
tampak ketika rancangan pengeboran akhirnya tidak sesuai dengan yang ada
dilapangan. Rancangan pengeboran adalah sumur akan dibor dengan kedalaman 8500
kaki (2590 meter) untuk bisa mencapai batu gamping. Lalu sumur tersebut
dipasang casing yang bervariasi sesuai dengan kedalaman sebelum
mencapai batu gamping.
Awalnya, PT Lapindo sudah memasang casing
30 inchi pada kedalaman 150 kaki, 20 inchi pada 1195 kaki, 16 inchi pada
2385 kaki dan 13-3/8 inchi pada 3580 kaki. Namun setelah PT Lapindo mengebor
lebih dalam lagi, mereka lupa memasang casing. Mereka berencana akan
memasang casing lagi setelah mencapai/menyentuh titik batu gamping.
Selama pengeboran tersebut, lumpur yang bertekanan tinggi sudah mulai
menerobos, akan tetapi PT Lapindo masih bisa mengatasi dengan pompa lumpur dari
PT Medici.
Dan setelah kedalam 9297 kaki,
akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. PT Lapindo mengira target sudah
tercapai, namun sebenarnya mereka hanya menyentuh titik batu gamping saja.
Titik batu gamping itu banyak lubang sehingga mengakibatkan lumpur yang
digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis, lalu PT Lapindo berusaha
menarik bor, tetapi gagal, akhirnya bor dipotong dan operasi pengeboran
dihentikan serta perangkap BOP (Blow Out Proventer) ditutup. Namun
fluida yang bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sehingga fluida
tersebut harus mencari jalan lain untuk bisa keluar. Itu lah yang menyebabkan
penyemburan tidak hanya terjadi di sekitar sumur melainkan di beberapa tempat.
Oleh karena itu terjadilah semburan lumpur lapindo.
Berikut ada contoh gambar semburan yang terjadi dibawah tanah disekitar sumur
BPJ-1.
DAMPAK LUAPAN LUMPUR LAPINDO
Akibat/dampak yang ditimbulkan dari semburan lumpur lapindo
sangatlah banyak, terutama bagi warga sekitar. Dampak yang ditimbulkan
menyangkut beberapa aspek, seperti dampak sosial dan pencemaran lingkungan.
Ada beberapa dampak sosial yang terjadi akibat luapan lumpur
lapindo, misal dampak terhadap perekonomian di Jawa Timur, dampak kesehatan,
dan dampak pendidikan.
Dampak pada perekonomian mengakibatkan PT Lapindo melalui PT
Minarak Lapindo Jaya mengeluarkan dana untuk mengganti tanah masyarakat dan
membuat tanggul sebesar 6 Triliun Rupiah. Tinggi genangan lumpur yang mencapai
6 meter di pemukiman warga sudah membuat warga rugi atas rumah/tempat tinggal,
lahan pertaniannya dan perkebunan yang rusak. Pabrik-pabrik pun rusak tidak
bisa difungsikan untuk proses produksi, sarana dan prasarana (jaringan telepon
dan listrik) juga tidak dapat berfungsi, serat terhambatnya ruas jalan tol
Malang-Surabaya yang mengakibatkan aktivitas produksi dari Mojokerto dan
Pasuruan yang selama ini menjadi salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
Gas Metana yang beracun tersebut banyak menyebabkan penyakit
bagi warga yang menghirupnya. Tercatat dampak kesehatan di Puskesmas Porong
menunjukkan banyaknya penderita infeksi saluran pernafasan yang semakin
meningkat sejak 2006 lalu hingga mencapai 52.543 orang di 2009. Dan juga
penderita gastritis melonjak hingga 22.189 orang di 2009 yang sebelumnya
tercatat 7.416 di 2005.
Untuk masalah pendidikan, ada 33 sekolah tenggelam dalam
lumpur dan sampai Juni 2012 belum ada sekolah yang dibangun sebagi pengganti.
Akhirnya pendidikan yang harusnya dirasakan oleh pelajar harus terbengkelai.
Dampak berikutnya adalah pencemaran lingkungan, dampak ini
sebenarnya sudah berhubungan dengan dampak-dampak yang lain, dampak kesehatan
misalnya. Dari lingkungan yang lama setelah semburan lumpur tak tertanggulangi
akan menimbulkan pencemaran yang luar biasa. Pencemaran ini sungguh merugikan
sekali, karena lingkungan yang sangat berdampak dengan aktivitas manusia harus
punah dan tidak bisa digunakan lagi.
Dampak-dampak yang timbul telah lama dimintai
pertanggungjawaban oleh warga. Namun warga belum merasakan ganti rugi oleh PT
Lapindo serta tindakan pemerintah atas meluapnya lumpur panas tersebut.
Akhirnya perpecahan mulai muncul antara pemerintah, PT Lapindo Brantas dan warga
korban lumpur lapindo.
UPAYA PENANGGULANGAN LUAPAN
LUMPUR LAPINDO
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur
lapindo adalah dengan membangun tanggul desekitar luapan lumpur panas itu.
Namun tanggul yang dibangun bisa sewaktu-waktu jebol karena lumpur setiap hari
terus meluap naik. Hingga akhirnya direncanakan akan membangun beberapa waduk
untuk membendung lumpur tersebut. Namun rencana tersebut batal tanpa sebab yang
jelas.
Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa luapan lumpur bisa
diatasi dengan melakukan beberapa skenario, namun hingga 2009 luapan tidak bisa
dihentikan yang artinya luapan ini adalah fenomena alam yang akan susah
ditanggulangi tanpa ijin Tuhan.
Beberapa skenario yang dikatakan diatas antara lain :
1.
Menggunakan suatu sistem yang disebut Snubbing
Unit yaitu sistem peralatan bertenaga
hidraulik yang umumnya digunakan untuk pekerjaan di dalam sumur yang sudah ada.
Rencananya Snubbing Unit digunakan untuk mencapai rangkaian mata
bor yang tertinggal didalam sumur, jika mata bor ditemukan maka bor tersebut
akan didorong masuk kedalam sumur lalu dasar sumur akan dututp dengan semen dan
lumpur berat. Tetapi rencana ini gagal karena bor gagal didorong masuk kedalam
sumur.
2.
Rencana pengeboran miring menghindari
mata bor yang tertinggal.Namun rencana ini juga gagal hingga akhirnya sumur
BPJ-1 ditutup secara permanen.
3.
Pembuatan sumur-sumur baru di sekitar
sumur BPJ-1. Ada tiga sumur yang dibangun, yaitu sumur pertama dibangun sekitar
500 meter barat daya sumur BPJ-1, sumur kedua dibangun sekitar 500 meter barat
laut sumur BPJ-1, dan sumur ketiga dibangun sekitar utara timur laut dari sumur
BPJ-1. Sumur-sumur tersebut digunakan untuk mengepung retakan-retakan tempat
keluarnya lumpur. Rencana ini gagal karena bermasalah dengan biaya yang begitu
mahal dan memakan waktu .
Pencemaran
air tanah
Air
tanah yang sejatinya bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari warga sekitar
lumpur lapindo, akan tetapi sekarang tercemar akibat dampak dari lumpur
lapindo. Pencemaran tersebut antara lain membuat air menjadi kotor dan sangat
tidak sehat untuk dikonsumsi. Pencemaran tersebut sangat meresahkan warga
sekitar lumpur lapindo, pasalnya mereka menjadi tidak bisa memanfaatkan air
untuk kelangsungan hidupnya.
Gambar diatas merupakan
pencemaran air tanah dirumah warga sekitaran lumpur lapindo. Pencemaran air
tidak hanya sampai disitu, beberapa rumah warga menjadi tidak bisa dihuni
karena saluran air tanah mereka teraliri lumpur yang tiba tiba saja muncul.
Akibatnya warga yang tinggal disitu harus rela tempat tinggalnya menjadi semburan
baru bagi lumpur tesebut.
Gambar diatas merupakan salah satu tmpat
tinggal warga yang terkena dampak lumpur lapindo yang mengalir melalui saluran
air tanah mereka. Aliran lumpur bercampur gas yang tidak terkendali tersebut
meresahkan warga yang tinggal disana.
Pencemaran
air sungai
Pencemaran air sungai disebabkan
karena ada sejumlah senyawa atau kandungan berbahaya yang disebabkan oleh
pembuangan lumpur ke sungai porong. Pencemaran ini tidak dapat dihindarkan
karena pemerintah sendiri menghimbau untuk diadakannya alternative pembuangan
ke sungai disekitar titik bencana lumpur tersebut.
Gambar diatas merupakan lumpur
lapindo yang dialirkan ke aliran sungai disekitarnya. Akibatnya air sungai
disekitar titik bencana menjadi korban dalam penyelesaian masalah lumpur
tersebut. Kandungan yang diduga berbahaya adalah senyawa Phenol. Senyawa
tersebut ada pada kubangan lumpur didalam tanggul. Pembuangan lumpur didalm
tanggul ke sungai dapat mengalirkan senyawa tersebut ke aliran air sungai,
akibatnya akan banyak dampak pencemaran air sungai akibat senyawa ini. Senyawa
ini mempunyai warna merah jika kandungannya sangat banyak.
Gambar diatas merupakan senyawa Phenol yang terdapat
pada kubangan lumpur lapindo. Cara untuk mengetahui prakiraan penyebaran Phenol
adalah menganalisis zat kontaminan Phenol yang dikandung oleh aliran air Lumpur
tersebut dapat berpindah tempat.
Identifikasi Lingkungan Potensial Yang Terpapar:
Lingkungan potensial yang terpapar zat kontaminan
Phenol yang dikandung oleh air Lumpur
adalah lingkungan badan air Sungai Porong dan Sungai Aloo yang dialiri oleh air
Lumpur dengan tujuan diarahkan menuju ke laut (Selat Madura) untuk menjamin
keselamatan manusia dan infrastruktur di sekitar semburan Lumpur panas. Pada
Sungai Porong input air Lumpur berada setelah Dam pejarakan dan sebelum jembatan
Tol. Sedangkan pada Sungai Aloo, input air lumpur terletak setelah jembatan
Ketapang dan sebelum jembatan Gempol Sari.
Identifikasi Jalur Penyebaran
Potensial Jalur penyebaran potensial zat kontaminan Phenol merupakan jalur
aliran air Sungai Porong dan Sungai Aloo setelah mendapat input air lumpur yang
berasal dari kolam penahan / tanggul lumpur. Penelitian kualitas air badan air
tersebut dilakukan pada 19 lokasi titik sampling dimana 10 titik pada Sungai
Porong, 4 titik pada saluran irigasi dan 5 titik pada Sungai Aloo dengan
pertimbangan bahwa aliran terbanyak adalah ke Sungai Porong dan aliran yang menuju
ke Sungai Aloo lebih dikarenakan topografi yang mengarah ke utara sehingga
debit air Lumpur yang besar menyebabkan luberan ke arah Sungai.
Pencemaran
air payau
Kandungan lumpur
dan air luapan lumpur yang merembes ke sebagaian areal pertambakan akan
mengakibatkan penurunan k Gualitas
air tambak yang berpengaruh pula terhadap budidaya petani tambak di daerah
tersebut. Hal tersebut menimbulkan resiko lingkungan yang terkandung dalam air rembesan
lumpur lapindo tersebut terkait dengan dampak atau resiko terhadap ekosistem
perairan.