Sabtu, 07 Juni 2014

PANCASILA



A. Pancasila dalam Kontek Sejarah Perjuangan  Bangsa Indonesia

Pada peradaban yang lalu, Indonesia bukan berbentuk pemerintahan seperti sekarang, melainkan berbentuk kerajaan. Kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Indonesia merupakan aspek terpenting dalam sejarah terbentuknya Indonesia. Disini kita akan mengetahui kerajaan-kerajaan apa saja yang pernah ada dan berkontribusi sangat banyak terhadap perkembangan Indonesia.

1.      Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah Kutai. Hal ini disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur. Bahkan pada masa kejayaannya Kerajaan Kutai hampir manguasai sebagian wilayah Kalimantan.
Sumber yang mengatakan bahwa di Kalimantan telah berdiri dan berkembang Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Kebenaran tersebut terungkap ketika beberapa penemuan peninggalan berupa tulisan (prasasti) ditemukan. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut yupa. Yupa tersebut adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai pada saat itu. Nama Mulawarman dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi pada Kaum Brahmana.

Siapa saja yang pernah menduduki tahta sebagai raja di kerajaan kutai ? Berikut beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai:

- Raja Kudungga
     Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.

- Raja Aswawarman
     Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai.

- Raja Mulawarman
      Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.

2.      Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang terkuat di pulau Sumatera dan termasuk salah satu kerajaan yang berpengaruh di Nusantara karna luas nya daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mulai dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa juga Pesisir Kalimantan. Nama Sriwijaya sendiri di ambil dari Bahasa sangsekerta Sri berarti Gemilang dan Wijaya Berarti Kejayaan, maka makna dari nama Sriwijaya adalah Kejayaan yang Gemilang, tidak ada yang tahu dengan pasti kapan awal berkembangnya dan kapan pula berakhirnya kerajaan Sriwijaya namun diperkirakan pada abad ke-7 M Kerajaan Sriwijaya telah berdiri. Dari bukti-bukti historis yang ada dapat di simpulkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan maritime yang mampu menguasai dan mengontrol perdagangan di wilayah Nusantara.
       
3.      Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Pada waktu itu agama hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Empu prapanca menulis Negarakertagama(1395).Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “pancasila”. Empu Tantular mengarang buku sutasoma,dan di dalam buku itulah dijumpai seloka persatuan nasional yaitu “bhineka tunggal ika”, yang bunyi lengkapnya “bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrya”, artinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki tuhan yang berbeda. Dan juga sumpah Maha Patih Gajah Mada dalam Sumpah Palapa, yaitu Tan amukti during purna nusantara (tak akan makan buah palapa sebelum mempersatukan nusantara).


Selain itu Majapahit juga mengispirasi para pendiri bangsa yaitu bendera/panji bercaorak merah putih. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul Abang Putih), prajurit Majapahit dinamakan Prajurit Gula Kelapa.
Gula Kelapa itu berwarna Merah dan terbuat dari sari buah Kelapa yang berwarna Putih. Ada juga yang menyebutkan bahwa prajurit Majapahit dinamakan Prajurit Getih-Getah seperti yang kita ketahui bahwa Getih itu berwarna Merah dan Getah berwarna Putih. Adapun makna dari bendera Merah-Putih ada dua yaitu Merah berati Berani dan Putih berarti Suci, belakangan ini ada juga yang menyebutkan bahwa merah-putih itu melambangkan darah merah dan tulang putih yang menyatu dalam jiwa raga kita.


4.    kerajaan demak

Setelah Maajapahit runtuh pada awal abad XVI berdirilah kerajaan Demak. Pada saat itu berkembanglah agama islam dengan pesat di Indonesia. Bangsa asing yang masuk ke Indonesia pada awalnya berdagang, namun kemudian berubah menjadi praktek penjajahan (imprealisme), karena imprealis memiliki semboyan yaitu gold, gospel, glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya berdagang adalah orang-orang bangsa portugis. Setelah itu diikuti oleh Belanda pada tahun 1596, Inggris tahun 1811 dan diikuti Jepang pada tahun 1942.
Penjajahan jepang
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang beliau memberikan hadiah ‘ulang tahun’ kepada bangsa Indonesia yaitu janji kedua pemerintahan Jepang berupa ‘kemerdekaan tanpa syarat’. Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritu Zyunbi Tioosakai.

B.       Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh saling berhubungan, melengkapi, saling bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tujuan tertentu yang bersifat Organis Majemuk Tunggal. Pancasila itu bersifat hirarki berbentuk piramida.
a)      Tuhan ( Causa Prima)
Intinya yaitu penyebab pertama yang tidak di sebabkan yang menyebabkan semua hal menjadi ada, karena Tuhanlah pencipta alam semesta.
b)      Manusia (zoon politicon)
Manusia di kodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya salain makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial.
c)      Satu (bhineka tunggal ika)
Yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
d)     Rakyat
Tanpa adanya rakyat maka tidak akan terbentuk sebuah negara atau merupakan unsur mutlak sebuah negara. Harus bekerja sama dan bergotong royong.
e)      Adil
Memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain menjadi haknya.

C. Prinsip-prinsip filsafah pancasila
1.      Causa Materialis
Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia itu sendiri, karena Pancasila di gali dari nilai-nilai , adat istiadat,kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
2.      Causa formalis
Berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
3.      Causa efficient
Kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila merijadi dasar negara Indonesia merdeka.
4.      Causa finalis
tujuan dari perumusan dan pembahasan pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar Negara.


D.    Kajian Filsafat Pancasila
1.     Kajian Ontologis
Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, karena manusia merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila Pancasila.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha berkemanusian yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan, 2005).
Dengan demikian, secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila Pancasila adalah manusia. Untuk hal ini, Notonagoro lebih lanjut mengemukakan bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontol memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Selain itu, sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, secara hierarkis sila pertama Ketuhanan \ Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila (Kaelan, 2005).
2.     Kajian Epistimologi
Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
3.     Kajian Aksiologis
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengctahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistcm filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai yang tcrkandung dalamnya pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.

E.      Ciri-ciri Filsafat Pancasila
a.    Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.
b.    Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat, dan kclima;
c.    Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima.
d.   Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga serta mendasari dan menjiwai sila kelima; serta
e.    Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga,dan keempat.